Sabtu, 11 Januari 2014

Anak Taplau Si Komandan U-Boat NAZI (1917-1945)

Kapitänleutnant Fritz Schneewind
Penemuan 2 buah bangkai U-Boat di laut Jawa beberapa bulan yang lalu memunculkan cerita tersendiri tentang salah seorang kapten dari U-Boat yang tenggelam tersebut. U-Boat sendiri adalah sebutan bagi kapal selam militer Jerman selama Perang Dunia yang menjadi momok bagi Sekutu, terutama di Samudera Atlantik. Penemuan bangkai U-Boat di Laut Jawa tersebut juga menjadi salah satu bukti bahwa U-Boat juga beroperasi jauh sampai ke Timur, Samudera Pasifik dan Hindia.

Cerita datang dari bangkai U-Boat bernomor lambung U-183. Sang Kapten bernama Fritz Schneewind. Menurut catatan militer Jerman, ia lahir di Padang pada 10 April 1917. Banyak komentar dan pendapat di dunia maya tentang hal ini, tetapi tidak cukup menguak latar belakang kenapa sang kapten bisa sampai lahir di Padang. Juga apakah ia hanya sekedar 'numpang lahir' atau malah juga dibesarkan di Padang. Dari sinilah cerita bermula.

Dari situs pencinta U-Boat dapat dengan gampang diperoleh Curriculum Vitae dari Fritz Schneewind. Terlihat bahwa ia memang orang yang kompeten di bidangnya. Dituliskan bahwa ia bergabung dengan Kriegsmarine atau Angkatan Laut Jerman pada tahun 1936. Selanjutnya ia menjadi kadet Akademi Angkatan Laut di Flensburg dari Oktober 1939 sampai Agustus 1940.
Base U-Boat (Grup Monsun) di Penang.
U-511 di kejauhan, U-183 kiri belakang.
Keduanya pernah dikomandani Fritz Schneewind.


Oberleutnant Fritz Schneewind mengikuti training untuk mengawaki U-Boat pada Oktober 1940 sampai Maret 1941. Selanjutnya langsung bertugas di U-506 yang beroperasi di Atlantik Utara, Pantai Timur AS dan sesekali di Afrika Barat. 

November sampai Desember 1942 Schneewind mengikuti pelatihan untuk memimpin U-Boat. Selanjutnya langsung diangkat sebagai komandan U-511 yang beroperasi di Atlantik Tengah. Setelah itu ia bersama kapalnya ditugaskan ke Samudera Hindia untuk menyerahkan kapal tersebut ke Jepang yang menjadi sekutu Jerman di Timur Jauh saat itu. Misi itu dapat diselesaikan dengan merapat di Kure, Jepang pada 7 Agustus 1943. Dalam perjalanan itu  U-511 juga berhasil menenggelamkan 2 buah kapal milik Sekutu.
Fritz Schneewind di atas U-183

Sekembalinya dari Jepang, pada 20 November 1943 Kapitänleutnant Fritz Schneewind mengambil komando U-183 di Singapura. Kapal itu beroperasi di Samudera Hindia sebagai bagian dari Grup Monsun. Dalam 4 kali patroli U-183 berhasil menenggelamkan 3 buah kapal dengan bobot 18.000 ton. 

Pada patroli ke lima, 23 April 1945 pukul 13.00 WIB, U-183 yang dikomandani Schneewind karam akibat di torpedo kapal selam Amerika USS Besugo (SS-321) dari Kelas Balao (Balao-class) di Laut Jawa. Disaat tenggelam, U-183 hanya menyisakan satu orang awak yang selamat dari keseluruhan 55 orang awak buah kapal.  Dari 54 awak yang tewas itu, termasuk Kapten Fritz Schneewind yang tewas pada usia 28 tahun, di laut negara tempat kelahirannya, Nederland Indies.

Itu cerita yang kita dapat. Kembali ke awal, siapa si Fritz ini?

Flashback ke tahun 1928. Sekitar bulan Maret, merapat di pelabuhan Emmahaven Padang, sebuah kapal perang Jerman bernama Emden yang baru diluncurkan tiga tahun sebelumnya. Kapal ini sedang dalam misi perjalanan keliling dunia bersama kadet-kadet AL Jerman. Seorang bapak bernama Paul Schneewind, konsul Jerman untuk Padang,  membawa anak laki-laki tertuanya bernama Fritz, melihat-lihat ke dalam kapal tersebut. Pasangan bapak-anak ini sangat terkesan dengan apa yang mereka lihat. Sang konsul selanjutnya menjamu awak kapal di kediamannya.

Emden
Empat bulan kemudian, pada Juli 1928, Emil Helfferich, seorang saudagar top bangsa Jerman yang berdomisili di Hindia Belanda mengunjungi Padang. Sang Konsul mengundangnya ke kediamannya dan menghadiahinya dua kantong kopi Sumatra dan memperkenalkannya dengan istri dan keempat anaknya. Fritz yang berumur sebelas tahun maju ke depan dan bercerita secara komplit soal kapal Emden yang dilihatnya beberapa bulan yang lalu bersama sang ayah. Ia juga menyampaikan keinginannya untuk bersekolah di Jerman dan menjadi perwira Angkatan Laut.

"Itu adalah hal yang ingin kulakukan juga pada saat aku seusiamu," kata Helffrerich. "Tapi penglihatanku tidak begitu baik sehingga aku hanya bisa bergabung dengan Angkatan Darat," sambungnya sambil mengetuk-ngetuk bingkai kacamata tebalnya. "Mudah-mudahan kamu lebih beruntung daripadaku, Nak."

Ternyata lidah sang saudagar memang asin. Ucapannya terbukti. Fritz Schneewind berhasil masuk AL dan malah memimpin sebuah U-Boat. Pertemuannya dengan Emden dan Helfferich sepertinya begitu memotivasinya.

Fritz Schneewind di Padang (1937)
Ada satu foto lagi yang akan ambo tampilkan. Foto ini bertahun 1937 dan tertulis "Padang, Sumatra". Kalau melihat CV diatas, foto ini diambil pada saat awal-awal Fritz Schneewind bergabung dengan AL Jerman. Bisa jadi sebagai kenang-kenangan sebelum meninggalkan Padang, tempat ia lahir dan besar, tempat orangtua dan saudara-saudaranya ia tinggalkan. Dapat dimaklumi karena dari catatan diketahui bahwa sang bapak, Paul Schneewind bertugas sebagai konsul Jerman di Padang sampai saat didudukinya Belanda oleh Jerman. Itu terjadi pada tahun 1940. Pada Juli 1941 barulah keluarga ini diizinkan untuk meninggalkan Hindia Belanda menuju Jepang.

Lho, lantas hubungannya dengan Taplau apa, bro? Oiya lupa. Kompleks Konsul Jerman di Padang itu berada di pinggir pantai Padang. Tepatnya di Gedung Juang 45 sekarang. Karena itulah ambo lantas membayangkan seorang anak bule yang melompat dari teras rumahnya untuk mandi-mandi tiap sore di pantai Padang sambil bermimpi menaklukkan lautan luas yang terbentang di hadapan rumah keluarganya.

Ia berhasil mewujudkan mimpinya.

(Sumber: deutsches-u-boot-museum.com; taucher.net; myheritage.de; uboat.net; googlebooks: The Pepper Trader: True Tales of the German East Asia Squadron and the Man (Geoff Bennett); foia.cia.gov; wikipedia)

Kronik PRRI (Bagian 6: Wind of War)

Sebelumnya di Bagian 5: PRRI 16 Februari 1958: Presiden Soekarno kembali dari Jepang Presiden Soekarno mempercepat masa istirahat 40 harinya...