Tergelitik oleh pertanyaan salah seorang pembaca blog ini beberapa waktu yang lalu tentang apakah Gunuang Padang dulunya segaris dengan pantai Padang, ambo mencoba browsing-browsing untuk mencari jawaban. Jawabannya: Tidak. Setidaknya sampai pada saat foto diatas diambil, tahun 1891. Entahlah kalau ribuan tahun yang lalu. Dalam foto diatas, Gunuang Padang masih mengambil posisi di depan dibandingkan garis pantai alias Taplau. Tapi Lauik - sebutan gaol anak muda Padang untuk menyebut pantai.
Namun demikian, perbedaan yang terlihat dengan kondisi sekarang adalah kelandaian garis pantai. Melihat pantai Padang tahun 1891 ini, terbayang-bayang pantai di Bali yang nyaman untuk tidur-tiduran dan main pasir. Kondisi itu tidak ditemukan lagi sekarang. Pantainya curam, pasirnya sedikit dan berbahaya akibat abrasi. Malah di sepanjang pantai sekarang dipasang tumpukan batu-batu gunung sebesar truk untuk pemecah hempasan gelombang Samudera Indonesia yang memang terkenal ganas. Sejajar dan tegak lurus garis pantai. Jadi jauuuuuh lah bentuk pantai sekarang dari foto diatas.
Dalam browsing-browsing ambo, ada sebuah foto lain yang menarik. Ini dia.
Foto ini dikodak oleh Jean Demmeni tahin 1910. Apa menariknya? Ternyata pantai Padang yang di dekat muara sungai Batang Arau sudah di buat dinding pemecah gelombang dari beton oleh Ulando. Rapi seperti di lokasi Banda Bakali atau Banjir Kanal sekarang. Terlihat nyaman untuk tempat bersantai. Kalau di zoom akan terlihat beberapa orang sedang duduk-duduk menghadap ke laut. Mungkin menikmati sunset :). Ternyata jaman itu pun sudah disadari bahwa garis pantai bisa habis dimakan gelombang. Makanya dibuat dinding beton.
Dinding ini sudah tidak ada sekarang. Bahkan cerita tentangnya tidak pernah terdengar. Setidaknya oleh ambo. Sebab itu foto ini jadi menarik. Mungkin dinding ini sudah terkubur di dasar samudera akibat hantaman ombak. Atau gempa gadang? Entah.
Di bagian kanan foto, di kaki Gunuang Padang terdapat warna keputihan. Kalau di zoom dari sumber aslinya akan kelihatan bahwa itu adalah sebuah bangunan bergaya kolonial dengan tangga yang diberi atap dari arah laut. Artinya disana ada dermaga kecil untuk aktivitas turun naik perahu. Bangunan apa dan milik siapa ambo belum menemukan informasinya. Tapi bagi yang suka memancing dengan perahu atau naik kapal kayu ke Mentawai dari dermaga Muaro akan melihat reruntuhan bangunan ini yang sudah tenggelam dalam semak belukar. Tangganya sudah tidak ada. Hanya sisa-sisa bangunannya.
Mungkin ada pembaca yang tertarik mengunjunginya?
Sumber : geheugenvannederland.nl; kitlv.nl