Jika selama ini kita mengetahui bahwa acara Tabuik hanya ada di Pariaman, ternyata bahwa pada foto bertahun 1888 ini terlihat bahwa acara hoyak hosen ini juga pernah diadakan di Fort de Kock. Tidak ada informasi lanjutan apakah acara tabuik versi Darek ini merupakan acara rutin tahunan seperti di Piaman atau hanya event sekali itu saja.
Acara tabuik sendiri diadakan di Pariaman setiap tanggal 10 Muharram untuk mengenang tewasnya cucu nabi Muhammad s.a.w yakni Hussein -putra Ali bin Abi Thalib r.a dan Fatimah Azzahra- oleh pasukan Yazid bin Muawiyah di Karbala (Irak) pada tahun 61 H. Sebagaimana sejarah mencatat, peperangan tersebut adalah peperangan terkeji dalam sejarah umat Islam.
Dalam prosesinya, tabuik diarak beramai-ramai sambil diangkat ke atas dan ke bawah, seperti gerakan meng-hoyak yang arti harfiahnya adalah menggoyang. Dan karena tabuik merupakan personifikasi Hussein r.a maka prosesi ini sering disebut Hoyak Hussein atau dalam logat minang-nya hoyak hosen tadi.
Saat ini istilah hoyak hosen dalam bahasa minang telah mengalami perluasan makna. Kalau tadinya spesifik pada acara tabuik saja, sekarang apapun yang namanya bergoyang biasa disebut dengan ber-hoyak hosen. Termasuk joget dangdutan yang diiringi orgen tunggal berirama house music. Penyanyinya yang berpakaian seksi dan melonjak-lonjak kesana kemari seperti dipantak salimbado, disebut sedang ber-hoyak hosen. Begitupun penontonnya yang sedang melakoni joget dangdut tripping atau dangdut koplo. Sebuah ironi kalau mengingat darimana istilah itu berasal...
Kembali ke tabuik, selanjutnya ketika magrib menjelang, tabuik dibuang ke laut. Itu kalau di Pariaman. Kalau di Bukittinggi, kira-kira tabuiknya dibuang kemana, ya?
Saat ini istilah hoyak hosen dalam bahasa minang telah mengalami perluasan makna. Kalau tadinya spesifik pada acara tabuik saja, sekarang apapun yang namanya bergoyang biasa disebut dengan ber-hoyak hosen. Termasuk joget dangdutan yang diiringi orgen tunggal berirama house music. Penyanyinya yang berpakaian seksi dan melonjak-lonjak kesana kemari seperti dipantak salimbado, disebut sedang ber-hoyak hosen. Begitupun penontonnya yang sedang melakoni joget dangdut tripping atau dangdut koplo. Sebuah ironi kalau mengingat darimana istilah itu berasal...
Kembali ke tabuik, selanjutnya ketika magrib menjelang, tabuik dibuang ke laut. Itu kalau di Pariaman. Kalau di Bukittinggi, kira-kira tabuiknya dibuang kemana, ya?
(Sumber : Tropen Museum)
jangan mengenang tewasnya dong '
BalasHapus" mengenang gugurnya"
bung asaz : mengingat kejinya kejadian itu, menurut saya kata tewas lebih pas. namun demikian maksudnya sama yaitu "meninggal dunia di pertempuran".
HapusAduhhh.. saya kagak ngerti bhs sana.......
HapusBusiness today, tabuik itu tradisi minang daerah pariaman. Yang kayak tugu di foto itu lho...
Hapusbaru tau ambo ado tabuik di bukittinggi...
BalasHapusSamo kito, bung jamalz..
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusHaaaa iko iyo ganjia lo ko.... Sasudah salasai batabuik, kama ka dihanyuik an tabuik tu ? Bukittinggi jauah dari lauik........ Atau bahambuangan ka ngarai ndak ??
BalasHapusHahaha...mungkin gak ati, uda Bujang Palala...
HapusSaat ini istilah hoyak hosen dalam bahasa minang telah mengalami perluasan makna. Kalau tadinya spesifik pada acara tabuik saja, sekarang apapun yang namanya bergoyang biasa disebut dengan ber-hoyak hosen. Termasuk joget dangdutan yang diiringi orgen tunggal berirama house music. Penyanyinya yang berpakaian seksi dan melonjak-lonjak kesana kemari seperti dipantak salimbado,.
BalasHapushuff.. lucu abis
Bae lah tergelak satu, uda Had Azzubair..:)
Hapussebenarnya tabuik bukan budaya pariaman saja, bahkan di bengkulu pun ada Tabuik
BalasHapusKalau diperhatikan di depan ada yang pakai cimuntu (mask)..Apakah ini menjadi bagian tradisi hoyak hosen a la bukik?
BalasHapus