(Pengantar : Artikel ini bersumber dari Suaro Kotogadang. sebuah media komunikasi antara masyarakat Koto Gadang --sebuah nagari di pinggiran kota Bukittinggi.
Sejatinya Koto Gadang adalah sebuah nagari yang unik. Di saat nagari-nagari lain di Ranah Minang lari menjauhi penjajah kolonial Belanda, Koto Gadang justru lari mendekati. Efek positifnya adalah bahwa pada awal abad ke-20 anak nagari Koto Gadang banyak yang melek huruf dan fasih berbahasa Belanda, banyak yang berpendidikan tinggi --bahkan sampai ke negeri Belanda, serta banyak yang menduduki jabatan tinggi di pemerintahan dan perusahaan swasta kolonial di seluruh Hindia Belanda. Bahkan beberapa diantaranya menjadi pendiri republik ini.
Disamping itu di Nagari Koto Gadang sendiri terdapat apa yang tidak dipunyai daerah lain di Ranah Minang bahkan di Indonesia : Sekolah HIS Pemerintah, Listrik, Air Ledeng, Yayasan Beasiswa (Studiefonds) sampai Sekolah Keputrian serta majalah. Tak heran jika nagari ini dikunjungi oleh Gubernur Jenderal sewaktu melawat ke Padang.
Berdasarkan catatan sejarah, Gubernur Jenderal yang berkuasa pada saat laporan Suaro Kotogadang dibawah ini dibuat adalah Johan Paul Graaf van Limburg Stirum, sama seperti yang pernah berkunjung ke Padang pada tahun 1916 (lihat disini))
Suaro Kotogadang
Kedatangan Zijne Excellentie (Z.E.) Gouverneur Genaraal di Kota Gedang
Kaba Kampung
Pada hari jang telah ditentoekan menoeroet programma perdjalanan Z.E. pada hari Isnajan 16 Augustus ‘20 njatalah soedah pada hari jang terseboet Z.E. akan datang di Kota Gedang mengoendjoengi roemah sekolah renda Keradjinan Amai Setia, itoepoen soedah kira2 15 hari lebih dahoeloe soedah di ansoer2 meoeroeskan segala kebersihan kampoeng2 jang boleh dikatakan setiap2 hari Kota Gedang di datangi Kapala Pemerintah boeat meatoerkan kebersihan kampoeng2 dan sekolah2 sebagai soedah diseboet djoega di Sr.K.G jang telah laloe.
Maka pada hari jang terseboet telah siap sekaliannja Gaba-gaba, merawa Penghoeloe2 dan mandera tiga warna boeat perhijasi kampoeng2 dan djalan2 jang akan di laloei Z.E. maka kira-kira poekoel 9 1/2 pagi telah datang toean Controleur Agam beserta njonja sesampai di Tapi. Padoeka toean Controleur toeroenlah dari atas auto membitjarakan kapada panghoeloe2 jang sekatika itoe beloem seberapa jang hadir dan meatoerkan bagaimana hendaknja perdirian menanti menjamboet Z.E. Itoepoen padoeka atoerkanlah soesoen latakja dan teroes djoegalah ka hilir dimoeka roemah sekolah Studiefonds pedoeka atoerkan poelalah kapada goeroe2 bagaimana anak2 sekolah itoe menjamboet dan bernjanji dan teroes djoegalah ke roemah sekolah K.A.S.
Disana padoeka toean Controleur dan njonja melihat soesoen latak segala barang-barang dan perhiasan adalah menjenangkan hati padoeka toean dan njonja apalagi ada seboeah medja dihijasi barang2 anoegerah jang diberikan Gouv: kepada almarhoem ankoe Datoe di Negeri Orang Kaja Besar Hoofd Djaksa Padang jang pensioen jaitoe ajah dari ankoe Soetan Mohamad Salim Hoofd Djaksa Riauw jang soedah pensioen poela. Seboeah bintang mas besar pakai rantai pandjang dan seboeah baki terboeat dari perak dan beberapa soerat2 tanda terima kasih kapada almarhoem ankoe Hadji Abdoel Gani Radja Mangkoeta dari Minister van Colonien dan Prins van Oranje poetera mahkota Radja di negeri Belanda tetakala beliau pergi ke negeri Belanda dan soerat2 itoe bertarich di dalam tahoen 1871 dan 1875. Melihat keadaan ini sangat menjenangkan hati padoeka. Dan bertanja siapa almarhoem itoe maka ketika itoe anak dari almarhoem jaitoe ankoe Soetan Mohamad Arif mantri O.R. Sawahloento jang pensioen ada hadir maka baliau terangkanlah dengan setjoekoep2nja karena kalau2 Z.E. bertanjakan nanti.
Didalam roemah sekolah itoe di atoerkanlah moerid-moerid satoe-satoe klasnja dan dibelakang ada tersedia lagi seboeah Loods tempat bertenoen. Dan diatoer djoega orang jang akan memakai pekajan marapoelai sampai 3-4 ketoeroenan pekajan; boeat memakai pekajan marapoelai laki-laki pentjarian ninik mamak dan anak negeri,
1. Baas (tahoe bahasa Belanda) memakai pekajan berdestar gedang mas, roki dari beloedroe memakai terapang dan panding sebagai nan dibiasakan tiap-tiap orang berkahwin berlarak.
2. Sjarif memakai badjoe gadang sawara bertjoekir dan memakai destar bersaloek
3. Adjis memakai kain tarewai
4. Mintjen idem
dan boeat memakai pekajan merapoelai perampoean.
1. Mainar (tahoe bahasa Belanda) memakai Badjoe Beramas, kain samboeran bergelang gadang, bertalakoeng enz. enz.
2. Moezoena memakai Badjoe Soetra Salindang dan sapoetangan enz. enz.
3. Goem memakai Badjoe hitam betarawang enz. enz.
4. Sabaa memakai Badjoe Tjela soetra enz. enz.
Jang memakai pakajan marapoelai laki-laki sebelah kanan dari pintoe masoek di Gang tengah. Jang memakai pekajan marapoelai perampoean di sebelah kiri pintoe di dekat medja barang-barang anoegerah Gouv. tadi.
Dan kira-kira poekoel 10 datang lagi ankoe Demang Bt. Tinggi baliau poen toeroenlah di Tapi poen adalah bersenang hati melihat segala Penghoeloe2 dan anak negeri memakai pekajan jang sepatoetnja; gadang ketjil toea moeda kaloear semoeanja laki laki perampoean; bersenang hatilah segala anak-anak sambil berkata oleh karena pada ini tahoen tiada meadakan keramaijan penoetoep hari raja tersebab anak negeri ditimpa bahaja kelaparan dengan keramaijan inilah diganti jang barangkali 3 kali lipat raminja, apalagi adalah poela di datangi penghoeloe-penghoeloe dan orang moedanja di iringkan mantjak dan tari poepoet dan saloeng dari Sianok, Goegoe’ dan Koto Toea serta kepala-kepala negeri jang terseboet memakai pakajan adat, maka ankoe Demang moendar-mandir sadja berdjalan kian kemari membantoe peratoeran pendirian penghoeloe-penghoeloe.
Maka semantara menanti kedatangan Z.E. berbagailah boeni saloeng dan poepoet jang di iringi dengan njanji oleh Bagindo Kajo Koto Toea bersoeka rajalah segala marika.
Maka pada poekoel 1 betoel kelihatan seboeah Auto, itoepoen merikaitoe rioehlah pada bersoesoen sebagaimana jang diatoerkan, sekiranja Auto itoe dinaiki oleh doea orang toean toekang gambar Z.E. sambil toean itoe mengatakan ta’ berapa lagi Z.E. akan sampai disini. Ijalah toean ini sebagai pengendjoer djalan, karena selaloe toean-toean itoe toeroet djoega kamana-mana Z.E. berdjalan.
Sekiranja 10 menut lagi nampaklah Auto jang dinaiki Z.E. jang memakai bandera ke angkatan Z.E. jang berkibar-kibar di amboes angin maka bersedialah segala jang hadir sesampai Z.E. di dekat Soerau Tinggi diboenikanlah satoe poetjoek mariam alamat menjamboet kedatangan Z.E. dan taboeh nebderoelah serta gong dan gandang bertioep poela, Auto Z.E. akan masoek pintoe Gerbang (gaba-gaba) jang di Tapi berdjalan lambat dan di sonsonglah sepandjang adat dengan sirih ditjarano basahok dengan kain koening, itoepoen ankoe Dt. Mage’ Labih meoendjoekan tjarano itoe kepada Z. E. dan njonja besar serta toean Loehak Agam jang sama2 diatas Auto itoe, maka Z.E. menjemboet sirih itoe dengan sanjoem simpoel demikian djoega dengan njonja besar, maka teroes djoegalah Auto kenaikan Z.E. ka roemah sekolah K.A.S. dimoeka roemah sekolah Studiefonds disamboetlah dengan njanjian anak-anak sekolah dan sampai di roemah sekolah K.A.S. menderoe poelalah Gaoeng dan Gandang.
Maka dibelakang Auto kenaikan Z.E. bertoeroet2lah 10 boeah Auto jang dinaiki oleh beberapa toean2 jang berpangkat2 tinggi, toean2 pengiring Z.E. dan toean besar Soematera Barat.
Maka toeroenlah Z.E. dan njonja besar dari Auto dan teroes naiklah ke sekolah K.A.S. moela2 masoek Z.E. melihat sekali keatas medja jang berisi Bintang dan Baki serta soerat-soerat itoe serta membatjanja dan bertanjakan dengan bahasa Belanda siapa orang ini jang ketika itoe Mainar ada berdiri; itoepoen Mainar mendjawab dengan bahasa Belanda mengatakan jang orang toea itoe ninik dari soeaminja Dr. Mohd. Sjaaf jang sekarang melandjoetkan peladjaran di negeri Belanda.
Z.E. bertitah peladjaran apa.
Djawab Mainar, obat mata karena disini orang banjak sakit mata tersebab ajer koerang baik,
Z.E. bertitah mengapa tidak ambil ajer hoedjan.
Djawab Mainar ada tapi kaloe soedah panas tida ada lagi.
Titah Z.E. Ajer dari mana diambil oleh anak negeri.
Djawab Mainar Ajer dari sawah2 sadja.
Maka Z.E. roepanja sebagai memberi isjarat kepada pengiring Z.E. jang dengan sebentar itoe meambil notes dan menoeliskan (segala marika jang melihat menadahkan tangan ke arah langit; tergeraklah hati orang besar ini akan memberi pertoeloengan waterleiding).
Dan bertitah lagi pada Mainar: kamoe apa maoe pergi djoega ka negeri Belanda?
Ija dalam boelan September soedah dapat tempat beloem dapat chabar tapi soedah diminta.
Setelah Z.E. selasai bitjara dengan Mainar maka berdjalanlah Z.E. melihat sebelah kanan tempat pakajan marapoelai laki-laki, bertanja poela dalam bahasa Belanda kepada Baas
Kamoe siapa?
Djawab: goeroe sekolah S.K.G.
Soedah berbini?
Soedah;
Soedah ada anak?
Soedah ada 1
Dan bertanjakan lagi: bagaimana atoeran ini pakajan?
maka Baas menerangkan dengan sedjalas-djalasnja satoe persatoe atoeran pekajan itoe.
Maka baroelah Z.E. melihat perboeatan tangan anak-anak dan renda-renda itoe setiap-tiap kelasnja serta bertanja. Apalagi njonja besar bertanja dengan senjoem simpoel dan melihat orang bertanoen serta soeroeh menjoedahkan dengan segira doea pasang moeka slof dan naik koembali ka gang ditangah.
Maka sepeninggal Z.E. dan njonja besar melihat di lain-lain klas berganti-gantilah toean-toean itoe datang bertanja pada Mainar dan Baas, roepanja banjak menaroeh heran karena melihat Mainar mendjawab segala segala apa apa pertanjaan dengan hati jang tetap dan sabar serta teratoer dengan ringkas perkataan jang banjak mengandoeng isinja jang berarti.
Sebentar berdiri maka datanglah Directerise (Hadisah) bersama Bestuures dari K.A.S. menjambahkan karangan boenga beserta 2 boeah bantalan terboeat daripada soetra koening jang memakai renda-renda Palembang perboeatan tangan moerid2 K.A.S. (1. boeat bantal doedoek di Auto, 2. boeat bantal penoetoeb teko thee) menjambahkan dengan segala hormat boeat njonja basar; maka njonja besar menerima dengan segala soeka hati serta meminta’ banjak terima kasih.
Sekoetika lagi madjoe poela ankoe Datoe’ Maharadja menjambahkan dengan segala kehormatan serta menarangkan jang bahasa segala panghoeloe2 dan segala anak boeah di K.G. memberi 1 bingkisan persembahan boeat njonja besar 1 halai kamboet perboeatan tangan anak negeri Koto Gedang dan menerangkan oleh karena Z.E. telah soedi datang di negeri kami ini moedah-moedahan Allah mendatangkan sitawar dan sidingin bagi kami saisi negeri akan kedatangan Z.E. itoe;
Mendengar persambahan ankoe Dt. Maharadja ini Z.E. menerima dengan soeka hati poela serta bertanja panghoeloe apa djadi kapala dari panghoeloe nan lain-lain djawab ankoe Dt. Maharadja perhamba dioetoes dengan kata semoefakat oleh penghoeloe2 dan anak boeah Kota Gedang menjambahkan persambahan ini itoepoen Z.E. meminta’ terima kasih banjak; serta memboeka sekali bingkisan itoe, dan setelah njata isinja meoelang lagi mengatakan terima kasih dan akan menjimpan dimana tempat jang baik.
Adalah kira-kira setengah djam betoel Z.E. di roemah sekolah K.A.S. memperhatikan apa-apanja. Setelah selasai Z.E. dan njonja besar berangkat toeroen dan teroes naik Auto berdjalan ke Boekit Tinggi demikian poelalah toean2 jang lain, setelah sekalian Auto2 itoe melaloei Tapi maka di tioep lagi sepoetjoek mariam alamat memberi selamat djalan. Dan oleh toean toekang2 gambar semoanja moerid sekolah renda jang sedang bekerdja didalam tiap2 klasnja dan orang jang memakai pakajan merapoelai laki2 perampoean dipotret poela. Demikian djoega panghoeloe2 dan ankoe2 dan segala orang2 moeda jang hadir serta berdjanji akan mengirim tiap2 potret itoe sehelai boeat sekolah.
Selasai daripada ini kira2 poekoel 2 berangkat poelanglah segala marikaitoe dan berbondong2lah ketje’ mangetje'. Ma’aloemlah ankoe2 pembatja. Lebih2 beronggok2 doedoek di Tapi memperkatakan ini dan itoe (tentoe lebih beringin hati sanak soedara jang dirantau jang pendoedoek ka Tapi katika poelang boekan?)
Salam kami
(Catatan penutup:
Ringkasan laporan pandangan mata ini kurang lebih adalah:
1. Tujuan utama kedatangan pak Gubjen adalah meninjau Sekolah Kerajinan Putri "Amai Setia". Kerajinan Amai Setia ini sampai sekarang masih eksis.
2. Kontrolir Agam dan Nyonya datang pukul 9.30 pagi meninjau segala persiapan serta turut mengatur sana-sini.
3. Angku Damang Bukittinggi tiba di lokasi pukul 10 pagi. Angku Damang bertugas mengatur posisi berdiri para penghulu kaum.
4. Empat pasang uda-uni disiapkan menyambut pak Gubjen dengan 4 jenis pakaian pula. Sepasang diantaranya fasih berbahasa Belanda.
5. Pukul 13.00 datang sebuah mobil. Rupanya bukan pak Gubjen, tapi tukang ambil muka alias fotografer pak Gubjen baru yang datang.
6. 10 menit kemudian barulah pak Gubjen dan istri datang dengan diiringi 10 buah mobil berisi pejabat-pejabat penting.
7. Beda dengan sekarang, sirih dan carano diantarkan ketika pak Gubjen masih diatas mobil. Entah apa alasannya.
8. Dari pembicaraan pak Gubjen dengan Mainar, salah seorang pagar ayu, terlihat bahwa anak nagari Koto Gadang sudah ada yang menjadi jaksa di Padang dan Riau, mantri O.R (apa ini? Mantri Orang Rantai?) di Sawahlunto. Bahkan ada yang mendapat Bintang Mas dan penghargaan dari Menteri Jajahan dan Putra Mahkota Belanda sendiri. Adalagi Dr. M Syaaf yang sedang mengambil spesialis mata di Belanda. Bahkan Mainar sang pagar ayu juga sedang bersiap-siap untuk berangkat ke negeri Belanda. Bayangkan tingkat emansipasi di Koto Gadang waktu itu. Anak perempuan diizinkan berangkat ke negeri yang jauh....halah..halah...
9. Setelah berkeliling dan melihat-lihat kelas, pak Gubjen dan nyonya dihadiahi bu Kepala Sekolah 2 buah kerajinan sulaman yaitu alas duduk di mobil dan penutup tea set.
10. Salah seorang Datuk mewakili yang lain menghadiahkan sebuah kambuik (tas tangan) kepada nyonya Gubjen.
11. Setelah kira-kira setengah jam, pak Gubjen dan rombongan berangkat ke Bukittinggi dengan diiringi dentum meriam sebagaimana pada saat datangnya. Untung pak Gubjen atau nyonya ndak berpenyakit jantung....
12. Terakhir, kenapa kok majalah Suara Kotogadang ndak pernah menyebut nama pak Gubjen, ya? Cuma dengan inisial Z.E alias Yang Mulia. Apa memang tatakramanya begitu? Takut kualat kalau neyebut nama ya pak Editor? Jadinya kayak Voldemort-nya Harry Potter dong....)
Sumber : sawahloento.blogspot.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Kronik PRRI (Bagian 6: Wind of War)
Sebelumnya di Bagian 5: PRRI 16 Februari 1958: Presiden Soekarno kembali dari Jepang Presiden Soekarno mempercepat masa istirahat 40 harinya...
-
Suatu hari di awal Ramadhan lalu, ambo tercenung di depan tumpukan buku di toko buku Gramedia Palembang. Di tangan ambo ada sebuah buku b...
-
Dalam posting-posting terdahulu seringkali kita menyebut Sumatera Barat dengan istilah yang dipakai dalam adminstrasi pemerintahan kolon...
-
Dunsanak semua, Karena jadwal yang padat maka minggu ini kegiatan penterjemahan buku Van Batavia Naar Atjeh terpaksa tertunda dulu. Namun u...
bapilin lidah mambaconyo da...........
BalasHapusHahaha..itu seninyo mambaco tulisan lamo...:)
HapusAmbo tambahkan saketek sekedar palamak ota : Soetan Mohamad Salim, anak nagari Koto Gadang yang menjadi jaksa di Riau itu adalah ayah H. Agus Salim.
BalasHapusHadji Abdoel Gani gelar Radjo Mangkoeto adalah orang terkaya di Sumatera Barat pada masanya. Dia juga salah satu orang Koto Gadang pertama yg belajar pada Belanda. Dan saat Belanda mendirikan Sekolah Radja (Kweekschool) di Bukittinggi tahun 1856, beliau "mambali bangku" (membayar sejumlah uang) agar anak anak Koto Gadang diperbolehkan belajar di sekolah Eropa yg hanya ada 3 buah di Indonesia saat itu, 2 lainnya di Bandung dan Solo.
Banyaknya anak nagari Koto Gadang yg sekolah disana menimbulkan rasa iri dan dengki pada sebagian orang. Mereka ini kemudian membuat rumor bahwa H. Abdul Gani sedang mempersiapkan kader untuk membuat sebuah pemerintahan keluarga (monarchy) di daerahnya. Rumor ini sempat ditulis di surat kabar Sumatera Courant tanggal 8 Oktober 1876.
Inilah asyiknya punya pembaca seperti bung Ilham ini. Selalu berbagi informasi. Terimakasih banyak!
HapusAda satu buku tentang Koto Gadang yang cukup representatif yaitu "Koto Gadang Jaman Kolonial" tulisan Azizah Etek dkk. Tapi meskipun demikian buku tersebut tetap tidak bisa menjawab kenapa orang se-Koto Gadang seolah-olah sepakat dengan pak Haji Abdul Gani untuk bersikap kooperatif terhadap Belanda. Apa karena takut dengan powernya atau memang menyetujui jalan pikirannya. :)
bung ntonk, usul nih untuk post berikutnya bahannya dari http://www.kitlv-journals.nl/index.php/btlv/article/viewFile/1745/2506 tentang awal pembangunan jaringan jalan (roadway) di Sumatera Barat.
BalasHapusSelain untuk penyeimbang artikel jalan kereta api (railway) yg sudah dibahas panjang lebar, posisi H. Abdul Gani yg saat itu merupakan salah satu pengusaha transportasi darat terbesar di Sumatera Barat membuat artikel ini masih berkaitan dengan post post sebelumnya.
regards,
Chan.
Bung Chan, sudah saya download. Terimakasih. Panjang juga ya? Gimana meringkasnya hehehe..
HapusNanti kita cari bagian yang menarik apalagi kalau ada foto lama yang bisa diakses yang berkaitan dengan bagian itu. Jadinya makin sip.
Thanks again!