
Ternyata ketertarikan awal itu berlanjut kepada "penemuan" bahwa foto itu merupakan bagian dari hasil Midden Sumatra Expeditie (Ekspedisi Sumatera Tengah) yang berlangsung selama 2 tahun, yaitu antara 1877-1879 dan disponsori oleh Koninklijk Nederlandsch Aardrijkskundig Genootschap (KNAG) atau Masyarakat Geografi Kerajaan Belanda. Ekspedisi ini berhasil memetakan bagian tengah pulau Sumatera, mengikuti alur Sungai Batanghari dan sekitarnya.
Dua orang bule itu adalah peneliti Belanda, yaitu Arend Ludolf van Hasselt (kelak menjadi Residen di Riau) dan Johannes Francois Snelleman (kelak menjadi direktur museum di Rotterdam). Sedangkan angku kita yang sedang berjongkok itu ternyata adalah seorang koffiemantri untuk kawasan Alahan Panjang dan sekitarnya yang bernama Pakih Sutan.

Paling tidak hal ini bisa terlihat pada foto kedua. Kewibawaan dan tatapan mata yang tajam cukup memperlihatkan bahwa beliau adalah seorang pejabat pada masanya. Perhatikan juga bahwa jas dan saluak dipakai dengan cara yang persis sama dengan foto sebelumnya.

Belum cukup itu saja. Ternyata angku mantari kupi ini cukup terkenal juga. Terbukti bahwa lukisan foto (atau foto lukisan?) beliau dan istri beserta satu orang lain (yang disebut sebagai "penulis pribumi" -mungkin maksudnya penterjemah), juga dimuat dalam buku karya F.J van Uildricks yang berjudul Beelden uit Nederlandsch Indië (Gambar-gambar dari Hindia Belanda). Buku ini diterbitkan tahun 1893. Sekali lagi, perhatikan gaya pakaian dan saluaknya. Persis sama...:)
Nah, kembali kepada komentar pertama ambo tadi. Ambo miris bahwa seorang dengan jabatan adat dan jabatan administratif yang relatif tinggi, masih saja berjongkok kepada orang Belanda yang ternyata"hanya" para peneliti biasa. Konon lagi rakyat jelata. Begitulah nasib anak jajahan....:(
(Sumber : Tropen Museum; digital.staatsbibliothek-berlin.de; knag-expedities.nl)
Izin share Yo sanak
BalasHapus