Minggu, 01 Mei 2011

Monumen Michiels (1855)

Pernahkah dunsanak membayangkan bahwa di Padang pernah berdiri sebuah monumen terbesar di pulau Sumatera? Jika belum, mari tengok gambar di samping ini. Namanya Michiels Monument atau Monumen Michiels bahasa kitanya.
Monumen ini didirikan pada tahun 1855 di Michielsplein (Lapangan Michiel) atau kira-kira berlokasi di Taman Melati sekarang. Terbuat dari besi tuangan dengan lantai marmer dan full relief di dinding luarnya. Dengan ujung-ujung yang meruncing yang terdiri dari beberapa tingkat, kesan bangunan Eropa kuno tidak bisa ditinggalkan begitu saja.
Berapa tingginya? Ambo belum menemukan referensi yang pasti. Tapi dari foto yang ditampilkan pada cover buku karangan Antropolog Belanda Freek Colombijn, dapat kita bandingkan ketinggian Michielsmonument dengan tinggi dua orang Meneer yang berpose-ria di depannya. Sekitar 8 kali. Jika ketinggian rata-rata orang Belanda pada waktu itu adalah 180 cm, maka ketinggian monumen ini adalah sekitar 14,4 meter atau setinggi gedung 5 lantai kurang lebih. Bisa dibayangkan?

Sebenarnya monumen yang bentuknya mirip seperti Monumen Michiels ini di Hindia Belanda ada 3 buah. Selain di Padang, juga ada di Batavia. Tepatnya di Waterlooplein (Lapangan Waterloo) atau sekarang dikenal dengan Lapangan Banteng. Posisinya kira-kira di sudut timur Mesjid Istiqlal sekarang. Sebagaimana terlihat di foto di samping ini, monumen ini terlihat lebih "gemuk" dibanding yang di Padang. Namanya? Sama. Michiel Monument juga. Dibangun juga pada kisaran tahun yang sama yaitu antara tahun 1853-1855.
Satu lagi berada di Surabaya. Meskipun di Surabaya, tapi namanya Bali Monument. Dibangun pada tahun 1869. Diberi nama Bali Monument karena dibangun untuk memperingati kemenangan Belanda di Bali pada tahun 1849. Sayang setelah mengobrak abrik dunia maya, ambo belum berhasil menemukan satupun fotonya. Posisinya sekarang kira-kira di depan kantor Polwiltabes Surabaya.
Lantas kenapa ada 3 monumen, bahkan 2 dengan nama yang sama? Kalau dirunut ke belakang, monumen-monumen ini mengacu kepada satu orang, yaitu Mayor Jenderal Andries Victor Michiels.
Generaal Majoor ini dianggap berjasa besar kepada pemerintah kolonial Belanda dan mempunyai prestasi yang gilang gemilang di tanah jajahan.
Lahir di Maastricht (Nederland), 23 April 1797, pertama kali mendarat di Jawa pada tahun 1817 dengan pangkat Letnan Satu. Setelah terlibat dalam perang Cirebon dan Diponegoro, pada 1831 ia dipindahkan ke Sumatra Utara. Selanjutnya diangkat menjadi komandan militer untuk Sumatera Barat dengan pangkat Letnan Kolonel. Ia dianggap berjasa dalam menaklukkan perlawanan Tuanku Imam Bonjol.
Atas keberhasilannya tersebut, pada 1837 pangkatnya dinaikkan menjadi Kolonel. Tahun 1838 ia ditugaskan sebagai Gubernur Sipil dan Militer di Sumatra Barat. Pada masa jabatan ini beberapa daerah dapat dikuasainya. Atas jasa-jasanya ini pada tahun 1843 pangkatnya dinaikkan menjadi Mayor Jenderal.
Pada 1849, karirnya semakin menjulang dengan diangkat sebagai Komandan KNIL di Batavia. Ia lalu memimpin ekspedisi menumpas perlawanan di Bali. Ia tewas terbunuh disana pada tahun yang sama dan dimakamkan di pemakaman Kristen Kebon Jahe Kober, Kerkhof Laan (kini Jl Tanah Abang I), Jakarta Pusat. Tempat itu sekarang dikenal dengan nama Museum Taman Prasasti.
Untuk mengenang jasa-jasanya itulah pemerintah kolonial Belanda membangun ketiga monumen tersebut. Sayangnya tidak satupun dari ketiganya yang masih berdiri hingga kini. Berkemungkinan mereka dirobohkan pada zaman penjajahan Jepang atau pada awal-awal kemerdekaan.
Tinggallah foto-foto ini sebagai bukti keberadaan Michielsmonument di Padang...



Foto Atas : Tahun 1895
Foto Tengah : Tahun 1900
Foto Bawah : Tahun 1910




(Dari berbagai sumber, foto koleksi Tropen Museum, KITLV dan Wikimedia)

20 komentar:

  1. shugar : agree...very classic..

    BalasHapus
  2. aslm..
    maaf bang, numpang tanyo..Michielsplein (Lapangan Michiel) atau Plain van rome.
    trims..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bung Fachrie Ahda,

      Plain van Rome adalah lapangan Imam Bonjol sekarang. Sedangkan Michielsplein adalah Taman Melati sekarang. CMIIW.

      Hapus
  3. sayang,,,,,, coba masih ada,,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Penyesalan selalu datangnya terakhir bang Zeki...:)

      Hapus
    2. paling yang bikin kerja paksa masyarakat minang.. :cd

      Hapus
  4. kabarnya di lap. imam bonjol dulu jg ada monumen?? da referensinya??
    ada info tentang pantai padang jaman dulu g?? yang katanya dulu pantai padang sejajar ma gn. padang??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bung Anonim,

      Setahu saya di Lap. Imam Bonjol tidak ada monumen besar. Yang ada hanya bangunan-bangunan seperti gazebo. Tapi mungkin ada pembaca yang lebih tahu.
      Mengenai pantai padang, abrasinya memang cepat. Tapi dari foto-foto lama, saya tidak melihat garis pantai sejajar dengan gunung padang. Lebih maju dari sekarang iya.

      Hapus
  5. wah bahasan spt ini ambo suko mengikutinya, trimks atas informasinya...

    BalasHapus
  6. monumen yang di taman melati itu sudah dihancurkan oleh jepang. sayang sekali

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mayangkoto,

      Yah, begitulah. Tapi tidak ada informasi siapa yang menghancurkannya. Orang Jepang atau orang kita.

      Hapus
  7. Padang dari doeloe memang rancak. Aku sangat bangga jadi orang Minang atau Padang. Dengan bermacam seni seperti, Saluan, Randai, Silek/Silat, sepak takrau doeloe olahtaga yang paling senangi anak mudo-mudo Minang. Dima ado mushalla dimukonyo ado lapangan Takrau. Padang Beloved Island, baa tu ntonk..??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Padang dahulu iyo rancak, tapi Padang kini baserak serak.......... :(

      Hapus
    2. Kalau ndak lapangan takraw, tantu lapangan voli nan ado uda Masmeng. Tapi koreksi snek da, sajak bilo pulo Padang ko jadi Island ko haa....sadang malayang pangana waktu mengetik, ndak? hehe

      Sapandapek awak uda Bujang Palala....:((

      Hapus
  8. asalamualaikum da, saja tahun 2010 alah ado pangganti monumen Michiels ko mah da (monumen peringatan gempa 30 September 2009), walau mungkin ndak tapek bana posisinyo, tapi lai sekitar situ juo.
    Tapi mungkin alah jadi parangai dek urang zaman kini, monumen tu indak bapaliaro, malahan ado pulo oknum yang ma anggap kalau monumen ko urinoir, dek karano itu alah hariang monumen tu kini...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu mungkin karano waktu mambuek monumen hanyo untuk seremoni sajo uda Aldi...jadi ndak niat mamaliharonyo...

      Hapus
  9. Nisan A.v michiels ada di museum prasasti tanah abang Jakarta pusat, call me 081289921128

    BalasHapus
  10. Nisan A.v michiels ada di museum prasasti tanah abang Jakarta pusat, call me 081289921128

    BalasHapus

Kronik PRRI (Bagian 6: Wind of War)

Sebelumnya di Bagian 5: PRRI 16 Februari 1958: Presiden Soekarno kembali dari Jepang Presiden Soekarno mempercepat masa istirahat 40 harinya...