Senin, 06 Juni 2011

Anai Mengamuk (1892)

Dunsanak semua,
Karena jadwal yang padat maka minggu ini kegiatan penterjemahan buku Van Batavia Naar Atjeh terpaksa tertunda dulu. Namun untuk menggantinya, ambo akan menampilkan sesuatu yang tidak kalah menariknya.
Sebagaimana dimuat dalam buku tersebut diceritakan bahwa setahun setelah dibuka, rel dan jembatan kereta api yang berada di kawasan lembah Anai rusak dihantam banjir. Foto-fotonya dikatakan begitu "menakutkan bagi tiap insinyur Eropa" (untuk membacanya klik disini). Namun disebutkan juga bahwa perbaikan segera dilakukan dengan biaya 600 ribu gulden.
Nah, ambo coba membongkar arsip Tropen Museum dan menemukan foto-foto ini, yang merupakan foto kerusakan akibat banjir tersebut, dan bertanggal tahun 1892. Silakan dinilai, semenakutkan apa kejadian itu. Bahkan banjir besar di lokasi yang sama tahun lalu mungkin tidaklah sedahsyat ini, karena tidak sampai menghanyutkan jembatan Kereta Api.


(Gambar : Jalan Kereta Api terputus akibat tertimbun tanah longsor)

(Gambar : Jembatan Kereta Api terputus dan "terduduk" di dalam Sungai Batang Anai)

(Gambar : Jembatan Kereta Api bengkok dan lepas akibat dorongan banjir)

(Gambar : Tanah dan bantalan rel Kereta Api hanyut, tinggallah rel besi menggantung)


(Gambar : Rel Kereta Api terdorong dan tergeletak ke dalam sungai)

(Gambar : Pandangan dari sisi lain)


(Gambar : Rel Kereta Api dan tembok penahan tebing setelah diperbaiki. Di dalam sungai masih terlihat sisa-sisa beton dan besi lama)


(Gambar : Jembatan Kereta Api darurat terbuat dari kayu)


(Gambar : Jembatan Kereta Api darurat terbuat dari kayu)
(Sumber : Tropen Museum)




17 komentar:

  1. Sangat menarik ! Saya baru tahu kalau Anai pernah dilanda bencana sedahsyat ini.

    Dan jangan lupa melanjutkan seri Van Batavia Naar Atjeh nya bung ntonk !

    regards,
    Chan.

    BalasHapus
  2. Bung Chan : Sebenarnya sebagian dari foto-foto ini (tanpa tanggal) sudah pernah saya lihat sebelumnya, namun pada saat itu saya mengira ini akibat gempa bumi besar di tahun 1926 yang melanda Padang Panjang. Ternyata bukan. Benar kata orang : buku jendela dunia..:)

    BalasHapus
  3. Ton, Dahsyat....sepertinya terlupakan di sejarah kita...

    * Penting jadi masukan juga untuk para perencana nantinya jika ada perencanaan Mega civil works di daerah tsb,perioda ulang banjirnya sebagai bahan pertimbangan.

    Sarmayenti S

    BalasHapus
  4. bung ntonk : kok bisa mirip ya ? beberapa foto tersebut juga sudah saya lihat, dan saya juga mengira itu akibat gempa tahun 1926, maklum nggak paham bahasa belanda haha..

    dan kalau bung ntonk ada waktu gempa tahun 1926 juga menarik untuk ditulis, saya yakin banyak urang awak sekarang yg tidak tahu tentang kejadian ini.

    regards,
    Chan

    BalasHapus
  5. salam dari belanda, kita sudah berkunjung ke padang dan bukitingi seputar 10 tahun lalu. A beautiful country!

    danielle - nijmegen

    BalasHapus
  6. Uni Yenti Can : sepertinya begitu. Berarti periode ulangnya sekitar 100 tahun. 1892 dan 2010. Atau ada diantaranya? Perlu digali lebih jauh. Apalagi dengan illegal logging di tandikek mungkin akan mempercepat periode banjirnya.

    BalasHapus
  7. Bung Chan : terimakasih saran-sarannya. Kalau bisa bung Chan ikut bantu bongkar-bongkar arsip lama di dunia maya ini? :)

    BalasHapus
  8. Danielle : Groeten uit Indonesiƫ ook. Blij te horen dat je ons land bezocht en de reis te genieten. Hopen je snel te zien in het Westen Sumatera!

    BalasHapus
  9. ah, do you speak dutch ?

    Heeft u alle informatie over Nederlandse militairen begraafplaats in het westen Sumatera? Mijn overgrootvader is daar begraven, maar ik heb geen informatie over de plaats. Of weet je waar moet ik vragen om de informatie te krijgen?
    dank u.

    danielle - nijmegen

    BalasHapus
  10. Danielle : Ik spreek Engels, maar geen Nederlands. Google helpt me toch te vertalen. :)

    I am sorry to say that most of Dutch cemetery in West Sumatera has vanished, mostly by city development. It sounds unrespect for the dead, but it happens already.
    I know that there were Dutch cemeteries in Padang and Bukittinggi years ago, but today they are history.

    As far as I know there is still one Dutch Cemetery in West Sumatera today. It is Located in Sawahlunto, the coal mine city in Dutch era. Unfortunately, it is in poor condition. But hopefully, Maybe you can trace back your great grandfather from here.

    You can contact Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (Heritage Conservation Office) Batusangkar, Jalan Sutan Alam Bagarsyah , Pagaruyung, Batusangkar Provinsi Sumatera Barat, Indonesia 27281
    Telp. 62-752 71451, 72322. Faks. 62-752 71953
    E-mail: bp3.batusangkar@budpar.go.id

    or you can go to official website of Sawahlunto Tourism Office at http://sawahlunto-tourism.com and contact the officer there.

    That's what can I do for today and wish you luck.

    BalasHapus
  11. natural occurences like these are always devastating. we often have typhoons and floods too in the Philippines. Especially now that the rainy season has started, we can only do so much to be careful so it would happen again. I believe that history does not repeat itself, but its the people who repeat history.

    BalasHapus
  12. shugar : I agree with your last sentence. Destruction by natural disasters, somewhat invited by our carelessness and unpreparedness. We are lucky that we don't have typhoons in Indonesia. But earthquake is the main concern here since we sit on the Ring of Fire.

    Btw, thanks for coming!

    BalasHapus
  13. thank you for the information. much appreciated.

    danielle - nijmegen

    BalasHapus
  14. blognya menarik...
    saya selalu suka ttg sejarah, dan semenjak merantau di padang saya juga suka mengikuti sejarah minang sejak masa kolonial yang saat itu relatif maju dibandingkan daerah di indonesia pada umumnya.

    salam, hermawan di padang

    BalasHapus
  15. Bung hermawan : terimakasih supportnya. wah, minat kita sama ya. kalau ada informasi menarik boleh di-share disini...

    BalasHapus
  16. Sangat bagus sekali blognya da ntonk, kalau boleh request bisa gak diposting juga sejarah bencana alam tempo dulu yang terjadi di Minangkabau ini.
    Terimakasih sebelumnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bung Admin,

      Terimakasih atas kunjungannya. Tapi karena saya bukan sejarawan, saya browsing-browsing dulu ya...

      Hapus

Kronik PRRI (Bagian 6: Wind of War)

Sebelumnya di Bagian 5: PRRI 16 Februari 1958: Presiden Soekarno kembali dari Jepang Presiden Soekarno mempercepat masa istirahat 40 harinya...