Kamis, 04 Agustus 2011

Mesjid Taluak (1900)

Di bulan puasa seperti sekarang ini, mesjid menjadi pusat aktivitas urang awak selaku umat muslim. Dari apa yang ambo lihat, salah satu mesjid yang paling banyak difoto sejak jaman sisuak adalah Mesjid Raya di Nagari Taluak - Banuhampu - Kabupaten Agam. Sebuah nagari di pinggiran kota Bukittinggi.
Mesjid ini eksotik karena tetap mempertahankan ciri khas arsitektur mesjid tradisional Minangkabau yang berupa atap balenggek atau bertingkat-tingkat. Jadi tidak memakai kubah seperti mesjid lain. Pengaruh arab baru datang dengan berdirinya sebuah minaret atau menara besar di depan mesjid. Namun demikian mereka tetap terlihat menyatu.
Sayang seribu sayang, mesjid ini rusak parah akibat gempa yang melanda kawasan Bukittinggi dan sekitarnya pada tahun 2007 silam. Untungnya upaya restorasi dilakukan dengan membangun kembali mesjid persis seperti aslinya. Namun demikian, meskipun dengan material yang jauh lebih baik, nilai keaslian dan sejarah memang tidak bisa tergantikan...:(
Foto-foto berikut memperlihatkan perkembangan mesjid dari waktu ke waktu di masa lalu.


Tahun 1900 : terlihat mesjid tradisional yang megah penuh dengan ukiran dengan kolam di depannya. Di kanan dan kiri mesjid terdapat bangunan yang juga berarsitektur tradisional. Mungkin untuk tempat anak-anak belajar mengaji. Di depannya ada 2 batang kelapa.


Tahun 1910 : Sebuah menara cantik telah berdiri di depan mesjid, sebagai pengganti 2 batang kelapa 10 tahun sebelumnya. Pinggiran kolam juga sudah dibuat permanen dengan beton. Bangunan di kiri dan kanan juga sudah bertambah banyak. Salah satunya bergaya modern dengan atap terbuat dari seng. Bangunan lain juga sudah ada yang diganti atapnya dengan seng.

Tahun 1920 : Atap mesjid sudah diganti dengan seng. Mungkin ijuknya sudah lapuk. Bagian teras mesjid juga sudah di atap dengan dek beton dengan tiang penyangga berpola lengkung ala arab. Dari foto ini dapat terlihat motif yang terdapat di sekeliling menara. Sungguh cantik.
(Sumber :kitlv.nl)

5 komentar:

  1. menara dibagian muko tu kini lah runtuah dihoyak gampo kapatang ko...

    BalasHapus
  2. kondisi mesjidnya sendiri bagaimana sekarang ? apakah ikut hancur/rusak terkena gempa ?

    dan apakah ada rekonstruksi atau rehabilitatie plan dari pemerintah setempat, mengingat mesjid setua ini sudah sepantasnya berstatus cagar budaya.

    BalasHapus
  3. paten bana, mimin kita memang hebat. Saya sering lewat mesjid ini, karena terletak di kampung bini-dhen. usul untuk tampilan berikutnya bagaimana jika:
    1.dibandingkan dengan kondisi sekarang? berarti mimin agak capek dikit karena mesti survey lokasi.
    2.request, mohon mimin tampilkan orang lebaran zaman sisuak dan pulang basamo zaman sisuak.
    salam sukses, ttd: dhen.

    BalasHapus
  4. Bung Don : Mesjidnya juga ikut rusak karena gempa, tapi sudah direhabilitasi. Sayangnya, menurut saya, penambahan ornamen keramik yang terlalu banyak (bahkan sampai ke dinding) membuat nilai keaslian bangunan ini menjadi berkurang. Tambahan informasi : mesjid ini memang sudah menjad cagar budaya.

    Bung Anonim : Nah, ini menantu yang punya kampuang. Usul ditampung dan tarimokasih atas masukannyo. Salam untuak bini-dhen yo da...:)

    BalasHapus

Kronik PRRI (Bagian 6: Wind of War)

Sebelumnya di Bagian 5: PRRI 16 Februari 1958: Presiden Soekarno kembali dari Jepang Presiden Soekarno mempercepat masa istirahat 40 harinya...