Kamis, 05 Januari 2012

Wilayah Sumatra's Westkust (1932)


Dalam posting-posting terdahulu seringkali kita menyebut Sumatera Barat dengan istilah yang dipakai dalam adminstrasi pemerintahan kolonial Belanda, yaitu Sumatra's Westkust. Arti harfiahnya adalah Pantai Barat Sumatera. Namun nama ini sekaligus juga menjadi nama salah satu keresidenan di pulau Sumatera.

Apakah wilayahnya sama dengan wilayah Propinsi Sumatera Barat sekarang? Untuk menjawabnya mari kita lihat peta Keresidenan Sumatra's Weskust yang diterbitkan pada tahun 1932.

Dari peta terlihat bahwa Keresidenan Sumatra's Westkust dikelilingi oleh beberapa keresidenan lain yaitu Keresidenan Tapanuli, Oostkust van Sumatra (Pantai Timur), Indragiri, Jambi dan Benkoelen (Bengkulu). 

Dalam insert peta terlihat peta kota Padang dan Emmahaven alias Teluk Bayur. Dari insert ini terlihat bahwa yang disebut kota Padang pada waktu itu hanya sampai ke Banjir Kanal yaitu daerah Purus dan Jati. Sedangkan kawasan Muaro dan Pondok sudah terlihat lebih padat infrastruktur jalannya. Rel kereta api membentang sampai ke ujung Muaro (yang sekarang tidak ada lagi). Begitu pun di Teluk Bayur, rel KA sampai ke ujung pelabuhan.

Kalau kita perhatikan batas-batas daerah ke arah utara maka sepertinya hampir sama dengan kondisi sekarang, yaitu perbatasan antara Sumatera Barat dan Sumatera Utara terletak antara Rao dan Kotanopan. Sama halnya dengan  batas antara Air Bangis dan Natal. Demikian juga dengan ke arah Indragiri, yaitu antara Kiliranjao (sekarang) dan Taluk (Kuantan). Idem ditto yang ke arah Bengkulu, antara Tapan dan Muko-muko.

Yang berbeda adalah yang ke arah Oostkust (Pantai Timur) atau Riau sekarang. Terlihat wilayah Westkust "merangsek" masuk sampai melewati Bangkinang, bahkan mendekati Pekanbaru, tepatnya di sebelum Taratakbuluah. Demikian juga yang ke arah Jambi bagian Selatan. Kawasan Kerinci lengkap dengan  Gunung Kerinci dan Danau Kerinci-nya sepenuhnya berada dalam wilayah Sumatra's Westkust.

Hal ini juga sejalan dengan apa yang tercantum di dalam UU No. 10 Tahun 1948 tentang Pemecahan Sumatra menjadi Propinsi Sumatera Utara, Tengah dan Selatan. Sumatera Tengah terdiri atas 12 Kabupaten terdiri atas 7 di ex-Westkust, 3 di ex-Oostkust dan 2 di Jambi. Dari komposisi ini terlihat betapa dominannya orang Minang di Propinsi Sumatera Tengah, sampai-sampai menimbulkan kecemburuan di belakang hari bagi masyarakat Riau dan Jambi.

Hingga saatnya pada puncak "pemberontakan" PRRI, Pemerintah Pusat mengeluarkan UU No. 61 tahun 1958 membagi Propinsi Sumatera Tengah menjadi Propinsi Sumatera Barat, Riau dan Jambi seperti sekarang ini, dengan "melucuti" Kampar dan Kerinci dari Sumatera Barat dan memasukkannya ke Riau dan Jambi. Apakah hal ini sebagai akibat kecemburuan masyarakat di kedua propinsi sebagaimana kita sebut tadi ataukah keinginan Pemerintah Pusat dalam rangka mengurangi dominasi Sumatera Barat di Sumatera  Tengah dalam kaitannya dengan PRRI? Hanya pelaku sejarah sendiri yang bisa menjawabnya.

Sebagai pembanding berikut peta Sumatera Barat sekarang.


Sumber : www.rendez-vous-batavia.nl; googlebooks:Gusti Asnan "Memikir Ulang Regionalisme"; peta-kota.blogspot.com

13 komentar:

  1. Pertama tama : blognya bagus sekali. Saya jadi ingin tahu latarbelakang pendidikan pak ntonk, Sepertinya peneliti nih..

    "Apakah hal ini sebagai akibat kecemburuan masyarakat di kedua propinsi sebagaimana kita sebut tadi ataukah keinginan Pemerintah Pusat dalam rangka mengurangi dominasi Sumatera Barat di Sumatera Tengah dalam kaitannya dengan PRRI?"

    Saya ada juga membaca tentang hal ini, nah kalau menurut bapak sendiri bagaimana ?

    BalasHapus
  2. Baru tau kalau dulunya Bangkinang masuak Sumbar...

    BalasHapus
  3. Wah sorry baru lihat profilnya pak ntonk ternyata dari Civil Engineering, kirain guru sejarah haha..

    BalasHapus
  4. bung Jhon : memang banyak yang ndak tau fakta itu..:)

    Pak Cheppy N : Terimakasih apresiasinya untuk blog ini. Ternyata latar belakang sama tulisannya ndak nyambung ya? Hehe. Yang jelas saya pencinta kampung halaman..:)

    Soal pendapat pribadi, sampai sekarang saya masih beranggapan Sumatera Tengah adalah propinsi yang ideal. SDM, SDA, akses ke samudra (Indonesia) dan ke negara tetangga (Selat Malaka), ketinggian dari 0 sampai puncak Gunung, jenis tanah dari yang subur sampai rawa dan gambut, lengkap..komplit...!
    Soal pecahnya SumTeng, sama saja dengan pemekaran daerah saat ini. Kepentingan politikus lokal lebih mengemuka, didorong dengan kondisi PRRI waktu itu yang membuat ide itu disokong penuh oleh Pusat. Padahal kalau kita baca sejarah, sebelum PRRI ide pemekaran SumTeng selalu kandas.
    Coba liat kondisi sekarang. Sumbar sibuk dengan ide tapi nggak punya duit, Riau (dan Kepri) punya duit tapi miskin ide, Jambi lain lagi kesibukannya. Rakyat dimana? Padahal modal untuk menyejahterakan rakyat di SumTeng sudah lebih dari cukup sebenarnya...

    BalasHapus
  5. Ambo cubo mangomentari saketek satantang nan ditanyo pak Cheppy N, tarutamo tantang Kampar...

    Pado zaman Bulando Bangkinang, Kuok, Salo, Air Tiris dan Batu Bersurat berada dalam Residensi Sumatera Barat, karena susunan masyarakat adat/hukumnya sama dengan apo yg berlaku di Minangkabau seperti ba nagari, ba koto dan ba taratak.

    Pado zaman Jepang, Bangkinang dan Pasir Pangarayan dijadikan satu kabupaten, namonyo Riau Nishi Bunshu (Kabupaten Riau Darat). *mohon koreksi kalau ambo salah*

    Sasudah merdeka, pemuka-pemuka masyarakat Bangkinang yang didukung oleh KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) meminta kepada pemerintah Keresidenan Riauw dan Sumatera Barat agar Kewedanaan Bangkinang dikembalikan kepada status seperti di zaman Bulando. Dan terhitung mulai 1 Januari 1946 Kewedanaan Bangkinang 'kembali ke khittah', baliak masuak ka Kabupaten 50 Kota Keresidenan Sumatera Barat.

    Kemudian seiring jo peraturan Komisariat Pemerintah Pusat di Bukit Tinggi tentang pembentukan kabupaten dalam Propinsi Sumatera Tengah, mulai 6 Februari 1950 kewedanaan Bangkinang, Pekanbaru, Pasir Pengarayan plus beberapa nagari yg ambo lupo disatukan menjadi Kabupaten Kampar, tapisah dari Kabupaten Sinamar (Kabupaten 50 Kota).

    Sampailah ka zaman PRRI, yg endingnyo prop. Sumatera Tengah dibagi tigo, dan Kampar dan Kurinci lapeh dari Ranah Minang...

    Pandapek ambo satantang kabupaten Kampar, ambo labiah setuju kalau lapehnyo daerah tersebut samato mato karano keputusan pemerintah pusat, bukan karano kecemburuan masyarakat. Bisa awak liek sasudah dipisah dek Japang, masyarakat Kampar mintak babaliak masuak ka Kabupaten 50 Kota. Dan iko sangat masuk akal karena pada dasarnya mereka satu etnis dan punya tatanan hukum/adat yg sama, wajar kalau mereka minta kembali kedalam karesidenan Sumatera Barat, birds of a feather flock together toh ?

    Pertanyaan berikutnyo, kalau baitu Kampar kok lantas manuruik sajo sewaktu UU 61/1958 mengharuskan Kampar dipisahkan dari Sumatera Barat ?

    Ambo jawek se lah sorang : History is written by the winner.

    Sakian dari ambo, dan maaf kalau tulisannyo panjang bana...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bung Ilham,
      Thanks atas tambahan pencerahannya. Lebih panjang lebih bagus, biar kita semua tau fakta-fakta yang terjadi :).
      Saya senang dengan kutipan terakhir anda. Saya tambahkan dikit dari lirik lagu ABBA: "...and the winner takes all".

      Hapus
  6. mantap,blog yang barisi.............

    BalasHapus
  7. Belajar Yuk Bahasa Melayu Kampar

    indonesia - kampar
    air - ayu
    ajar - ajau
    antar - antau
    akar - akau
    mengantar - mengantau
    benar - bonou
    belajar - belajau
    besar - bosau
    bubur - bubu
    bentar - bontau/ bontou
    sebentar - sebontou
    bakar - bakau
    catar - catau
    cadar - cadau
    cair - cayu
    cakar - cakau
    dasar - dasau
    dampar - dampau
    terdampar - tadampau
    harimau - ghimau
    hambar - ambau
    hantar - antau
    jalar - jalau
    tampar - tampau
    panggil - imbau
    pagar - pagau
    panjar - panjau
    kasar - kasau
    pasar - pasau
    kabar - kabau
    kerbau -kobou/ kobau
    jeruk - limau
    merantau - maantau
    parit - bondau/ bondou
    sabar - sabau
    samar - samau
    sambar - sambau
    tengkar - tongkau

    BalasHapus
  8. kampar memang keturunan minang, itu sudah tak dinafikan lagi.

    BalasHapus

Kronik PRRI (Bagian 6: Wind of War)

Sebelumnya di Bagian 5: PRRI 16 Februari 1958: Presiden Soekarno kembali dari Jepang Presiden Soekarno mempercepat masa istirahat 40 harinya...