Sabtu, 16 April 2011
Video : Fort de Kock (Bukittinggi) - 1926
Video yang diupload oleh 011Kazuki di Youtube ini sengaja diposting berurutan dengan video sebelumnya karena mereka "serupa tapi tak sama".
Serupanya ialah karena ada beberapa frame yang sama, menunjukkan bahwa raw material untuk kedua video ini berasal dari sumber yang sama. Sedangkan tak-samanya adalah bahwa video ini menggunakan judul sebelum menampilkan satu segmen gambar, sehingga memberi informasi lebih kepada kita tentang gambar yang akan ditampilkan. Disamping itu, video ini mengkhususkan diri menyoroti kota Fort de Kock atau Bukittinggi saja.
Video ini berdurasi 2,5 menit dan perjalanan dari menit ke menit adalah sbb:
00.00 - 00.07 : Tulisan : "Fort de Kock berada pada ketinggian seribu meter di pegunungan." Dibawahnya tertulis : N.I.F.M Polygoon - Haarlem. Polygon adalah nama perusahaan yang membuat video ini. Buat pembaca yang berdomisili di Haarlem (Belanda), mungkin bisa melacak langsung ke sumbernya...
00.07 - 00.15 : Pemandangan ke arah Janjang Gudang dari arah Simpang Kangkuang. Kelihatan bendi berpacu ke satu arah. Mungkin di bawah janjang gudang terdapat pangkalan bendi, sebagaimana angkot sekarang mangkal di sana. Dari potongan ini tergambar bahwa Janjang Gudang merupakan akses utama untuk mencapai Pasar Atas pada masa itu.
00.15 - 00.25 : Janjang Gudang dilihat dari bawah. Potongan ini sama dengan yang terdapat di video sebelumnya, namun dengan dimensi yang lebih besar. Yang menarik adalah gambar seorang laki-laki yang berjalan dengan memakai payung. Padahal orang lain tidak. Mungkin laki-laki itu tidak tahan sinar matahari? :)
00.25 - 00.40 : Janjang gudang dilihat dari atas. Ini juga sudah terdapat di video sebelumnya. Malah dengan diembel-embeli tulisan "Bukittinggi 1926". Hal yang menarik di video ini adalah bahwa rumah-rumah di sekitar Janjang Gudang masih berjarak dengan Janjang. Sepertinya masih punya halaman. Bahkan ada yang masih menggunakan tangga. Kalau sekarang rumah-rumah tersebut sudah mepet ke Janjang meskipun bentuk konstruksi atapnya masih sama. Baju kurung dan tikuluak penutup kepala ibu-ibu juga sampai sekarang masih banyak kita temui. Coba perhatikan seorang ibu yang berdiri memperbaiki tikuluaknya di Janjang. Mengingatkan kepada siapa? Nenek anda atau ibu anda?
00.40 - 00.47 : Tulisan "Alun-alun pasar dengan menara lonceng, hadiah dari penduduk Fort de Kock". Menara lonceng maksudnya pasti Jam Gadang. Tapi hadiah dari penduduk? Hadiah untuk siapa? Untuk sesama penduduk atau untuk pengunjung kota Fort de Kock atau untuk Tuan Residen? Dengan alasan apa sampai penduduk memberi hadiah segala? Entahlah.
00.47 - 01.07 : Jam Gadang dilihat dari arah pasar. Di latar depan terlihat seorang anak sedang berbelanja entah apa. Si penjual memberikan sesuatu dan si anak merogoh kantungnya apalagi kalau bukan mengambil uang dan memberikan ke si penjual. Terlihat juga bendi yang berbaris menunggu penumpang di depan Jam Gadang. Di sebelah kanan terlihat tonggak lampu jalan. Dibelakang anak tadi terlihat orang turun-naik ke Pasar Atas melewati Janjang Gudang seperti orang mau menuju subway di bawah tanah....
01.07 - 01.20 : Gambar yang juga sudah tampil di video sebelumnya. Jam Gadang dari arah Simpang ke Panorama. Perhatikan banyaknya bendi yang lewat. Pasti ini hari pasar.
01.21 - 01.25 : Tulisan : "Pasar dilihat dari menara lonceng".
01.25 - 01.44 : Potongan film ini menunjukkan bahwa asumsi pada video sebelumnya benar. Bahwa gambar ini diambil dari titik tertinggi di kota Bukittinggi yaitu Jam Gadang. Terlihat Pasar Atas begitu besar dan terdiri atas beberapa bangunan yang memanjang sampai ke belakang dengan konstruksi atap bertingkat. Konstruksi seperti ini sampai sekarang masih digunakan untuk pembangunan los pasar oleh Pemda. Disebelah kanan atas terlihat Los Galuang, yang namanya diperoleh dari bentuknya yang berbentuk setengah lingkaran (bahasa Minang galuang artinya melingkar). Dibawah jam gadang terlihat menjadi tempat parkir bendi. Dan disebelahnya adalah Janjang Gudang. Terlihat bahwa baik Pasar Atas maupun halaman Jam Gadang dipagari dengan rapi dengan lampu jalan di sudutnya.
01.44 - 01.50 : Tulisan : "Di Fort de Kock terdapat monster batu terjal yang terkenal dengan nama Kerbouwengat". Maksudnya adalah Ngarai Sianok.
01.50 - 02.30 : Pemandangan Kerbouwengat alias Ngarai Sianok.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Kronik PRRI (Bagian 6: Wind of War)
Sebelumnya di Bagian 5: PRRI 16 Februari 1958: Presiden Soekarno kembali dari Jepang Presiden Soekarno mempercepat masa istirahat 40 harinya...
-
Suatu hari di awal Ramadhan lalu, ambo tercenung di depan tumpukan buku di toko buku Gramedia Palembang. Di tangan ambo ada sebuah buku b...
-
Dalam posting-posting terdahulu seringkali kita menyebut Sumatera Barat dengan istilah yang dipakai dalam adminstrasi pemerintahan kolon...
-
Dunsanak semua, Karena jadwal yang padat maka minggu ini kegiatan penterjemahan buku Van Batavia Naar Atjeh terpaksa tertunda dulu. Namun u...
indah sekali ranah minang....dari dulu hingga kini
BalasHapus