Sabtu, 16 November 2013

Saudagar Antar Bangsa (1900)


Foto di atas adalah foto keluarga yang unik. Si ayah berdiri di depan rumah, sedangkan istri dan sepasang anaknya memperhatikan sang ayah dari teras rumah. Si ibu berdiri sementara kedua anaknya nangkring di pagar teras. Kenapa nggak diajak sekalian aja,ya? :)

Rumahnya besar, bertipe bungalow. Si ayah bernama F.W.J.H. Tengbergen, seorang saudagar di Padang. Sayangnya, ambo tidak berhasil menemukan informasi lebih lanjut soal aktifitas dagangnya maupun lokasi tepatnya rumah dalam foto ini sekarang. Yang pasti keluarga ini adalah penduduk kota Padang karena nama mereka tercantum dalam Adresboek (buku alamat) kota pada awal abad ke-20.

Pak Tengbergen sepertinya bukan saudagar kacangan. Mainnya sudah antar benua. Bahkan berita tentang dirinya  juga muncul di sebuah majalah dari Australia, The Queenslander yang terbit di Brisbane. Memang isinya hanya berita ringan, tapi cukup menggambarkan "kelas" Meneer Tengbergen ini.

Pada hari Sabtu tanggal 20 Maret 1909 The Queenslander menulis:

F. W. J. H. Tengbergen , pedagang dari  Hindia Belanda, yang baru-baru ini mengunjungi New York, mengejutkan beberapa orang pialang saham di Wall Street dengan memberikan  kartu namanya yang terdiri dari lima nama, empat nama kristen yang panjang sebelum diikuti nama keluarganya . 

"Itu belum seberapa, " katanya , " Saya punya teman yang punya empat belas nama. Ayah teman saya yang malang itu adalah seorang pedagang di salah satu kota besar di India. Sebelumnya hubungan antara ayahnya dan juru catat kota sudah tidak baik karena permasalahan bisnis.

Pada waktu teman saya itu lahir ayahnya pergi ke pejabat ini untuk mencatatkan kelahirannya . Kedua orang itu saling melotot saat mereka bertemu di kantor.

'Apa yang Anda inginkan di sini ?' kata juru catat.
'Aku kesini ada urusan,' jawab ayah teman saya . 'Tuliskan apa yang saya katakan.'

Juru catat tidak mengacuhkan permintaan itu dan melanjutkan pekerjaannya yang terhenti. Ayah teman saya itu menjadi marah, dan dengan kata-kata tegas mengulangi permintaannya disertai dengan ancaman . Akhirnya si juru catat menyetujuinya sambil mengomel, dan ayah teman saya tersenyum penuh kemenangan.

Ini adalah yang didiktekan ayah teman saya kepada si juru catat sebelum menambahkan nama keluarganya, susunan huruf sampai huruf L: 'Adrian Barend Christian Diederick Evert Francis Gerret Hendrik Isaac Johan Knrel Lenz .' 

Sampai saat ini teman saya itu selalu kesulitan dalam menuliskan nama lengkapnya dalam dokumen-dokumen resmi dan  masalah-masalah penting lainnya , termasuk  surat nikahnya ."

Itulah sekelumit kisah pedagang dari Padang yang berbisnis sampai ke New York pada awal 1900-an. Kalau sekarang sampai kemana orang Padang manggaleh, ya?

(Sumber: trove.nla.gov.au; KITLV)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kronik PRRI (Bagian 6: Wind of War)

Sebelumnya di Bagian 5: PRRI 16 Februari 1958: Presiden Soekarno kembali dari Jepang Presiden Soekarno mempercepat masa istirahat 40 harinya...