Jumat, 27 Desember 2013

Diler Truk Jadul? (1900-1940)


Ambo tidak begitu yakin dengan judul foto koleksi Tropen Museum ini yang menyebutkan bahwa foto tersebut adalah "Pasar Ternak dan Pedati di Lubuk Basung". Di dalam foto memang terlihat deretan rapi berjajar gerobak pedati yang sangat banyak dengan latar depan beberapa ekor kerbau sedang leyeh-leyeh dibawah pohon kelapa. Bahkan disamping kiri foto, di kejauhan, juga terlihat dua ekor kerbau sedang merumput. Gemuk-gemuk dan sehat-sehat.

Yang membuat ambo tidak yakin dengan judulnya adalah karena tidak ada satu manusia pun yang tampak dalam foto ini. Padahal judulnya "Pasar". Atau mungkin karena sudut pengambilan gambar yang sangat pas, sehingga tidak terlihat aktivitas seperti pasar yang biasa kita lihat? Atau... ini memang bukan pasar ternak?

Ambo cenderung kepada pendapat terakhir. Menurut penglihatan ambo, aktivitas di atas lebih kepada "pangkalan pedati" daripada "pasar ternak dan pedati". Para kerbau yang terlihat adalah kerbau yang melepas penat sehabis menghela pedati. Para sais juga mungkin sedang ngopi-ngopi di lapau atau pulang ke rumahnya. Makanya tidak nampak di foto. Kalau sekarang, mungkin persamaannya adalah "terminal truk".

Alternatif lain yang mirip dengan pasar adalah "dealer". Dealer truk, kalau zaman sekarang. Karena ini zaman dulu, maka sang diler menyediakan pedati lengkap dengan kerbaunya. One stop shopping. Soalnya kalau kita perhatikan, bentuk konstruksi pedatinya persis sama. Seolah-olah berasal dari pabrik yang sama.

Kalau yang punya "terminal" atau "diler" itu hanya satu orang, bisa dibayangkan kedudukan orang tersebut dalam masyarakat. Kalau jaman sekarang tentu beliau itu adalah seorang konglomerat transportasi. The Real Transporter. :)

Lepas dari itu semua, foto ini adalah foto pertama yang ambo peroleh sejauh ini yang bersumber dari Lubuk Basung, ibukota Kabupaten Agam sekarang. Dalam foto diatas Lubuk Basung terlihat "modern" dengan adanya bangunan beton bertingkat dua dan beratap seng.

Oya, satu lagi. Lubuk Basung sampai sekarang masih terkenal dengan usaha pembuatan bak kayu untuk truk. Mungkin sejarahnya bisa diurut sampai ke deretan pedati diatas. Keahlian itu sepertinya turun temurun.

(Sumber: Tropen Museum)

1 komentar:

Kronik PRRI (Bagian 6: Wind of War)

Sebelumnya di Bagian 5: PRRI 16 Februari 1958: Presiden Soekarno kembali dari Jepang Presiden Soekarno mempercepat masa istirahat 40 harinya...