Kamis, 28 Agustus 2014

Seputar Kabar Proklamasi di Ranah Minang (1945)

Berita Proklamasi di koran Soeara Asia (Surabaya) 18 Agustus 1945

Bersempena bulan kemerdekaan yang ke 69 tahun ini, mari kita gali lagi tentang kapan Ranah Minang menerima berita tentang proklamasi kemerdekaan yang diproklamirkan di Jakarta pada 17 Agustus 1945. Yuk mari..:)

Sesuai dengan kondisi pada saat itu, berita penting dan sensitif seperti ini tentu tidak bisa dilakukan melalui jalur-jalur informasi resmi yang masih dikuasai oleh Jepang.  Namun demikian pada tanggal 17 Agustus 1945 sekitar pukul 18.30 WIB di Jakarta, wartawan kantor berita Yoshima/ Domei (sekarang: Kantor Berita Antara) Syahrudin berhasil menyampaikan salinan teks proklamasi kepada Daidan B.Palenewen. Oleh Daidan B.Palenewen, teks proklamasi tersebut diberikan kepada F.Wus seorang markonis (petugas telekomunikasi) di kantor berita tersebut, untuk segera diudarakan.

Kantor Berita Domei di Jakarta
Di Bukittinggi, seorang seorang pegawai PTT yang bernama Ahmad Basya yang bekerja di kantor Domei dapat menangkap berita Proklamasi yang disiarkan kantor Domei Jakarta itu. Lalu berita itu diketik oleh Asri Aidid gelar St. Rajo Nan Sati sebanyak 10 rangkap dan secara hati-hati dibawanya keluar gedung dan ditempelkan di tempat-tempat penting di Bukittinggi pada malam itu juga. Esoknya terbaca oleh beberapa orang lalu menyebar dari mulut ke mulut. 

Berita itu juga disampaikan kepada Adinegoro yang waktu itu menjabat sebagai sekretaris Chuo Shangiin (Badan Perwakilan). Tetapi Adinegoro masih ragu-ragu, sehingga sekelompok pemuda pada tanggal 18 Agustus meminta kembali surat kawat itu dan menyerahkan kepada Mhd. Sjafei selaku Ketua Chuo Shangiin pada 19 Agustus. Sorenya Mohd. Sjafei langsung mengadakan rapat di Padang Panjang di rumah dr. Rasyidin yang juga dihadiri oleh Khatib Sulaiman. Kemudian dibuat keputusan untuk memperbanyak berita itu dan disebarkan secara diam-diam ke berbagai instansi serta masyarakat.

Di Padang Panjang sendiri, bersamaan dengan di Bukittinggi,  pada tanggal 17 Agustus  K. Dt. Rajo Sikumbang dapat menangkap berita Proklamasi yang disiarkan dari Jakarta. Kemudian berita itu disampaikan kepada Ibrahim Gandi dan Muin Dt. Rajo Endah. Mereka lalu mengadakan pertemuan dengan tokoh masyarakat lainnya dan para pemuda untuk mengibarkan Merah Putih di seluruh pelosok Padang Panjang, terutama di tempat-tempat umum dan rumah-rumah penduduk.

Sementara itu di Padang,  berita tentang Proklamasi diketahui oleh pegawai PTT yang bekerja di kantor radio di Jalan Belantung (sekarang Jalan Jenderal Sudirman). Yang mengetahui berita tersebut adalah Aladin Cs,  yang secara sembunyi-sembunyi menyampaikan kepada Arifin Alief, Sidi Bakaruddin, Isamel Lengah dan pemuda lainnya. 

Setelah menerima berita itu beberapa pemuda melakukan pertemuan secara berkelompok. Ada yang di Sawahan No. 5 dan ada juga di rumah Munir Latif.  Sementara kelompok Jahja Jalil melakukan konsultasi dengan  Abdullah dan Mr. St. Moh. Rasyid serta dr. Atos. Dari situ muncul dorongan untuk menyebarluaskan berita tersebut. 

Tanggal 19 Agustus diadakan pertemuan di Pasar Gadang dengan maksud untuk memperbanyak berita dan langkah selanjutnya untuk merebut kekuasaan dari tangan Jepang. Dalam pertemuan selanjutnya masih di tempat yang sama pada 25 Agustus para pemuda bersepakat mengangkat Mohd Sjafei sebagai Residen dan mengirim beberapa orang utusan untuk menemuinya yang kebetulan pada saat itu sedang berada di rumah A. Muluk di Jl. Alang Lawas No. 9. Selain itu juga disepakati terbentuknya Balai Penerangan Pemuda Indonesia (BPPI)  dengan markas beralamat di Pasar Gadang di depan masjid, yang diketuai oleh Ismail Lengah.

Di Solok pula,  kabar Proklamasi juga diperoleh dari siaran radio. Maka selanjutnya para pemimpin Solok tanggal 18 Agustus segera mengadakan rapat untuk menyusun rencana, tentunya yang paling utama adalah menyebar luaskan berita tersebut.

Rapat hari itu tertunda, karena  ada panggilan dari perwira Jepang yang menjelaskan bahwa Indonesia memang telah mengumumkan kemerdekaannya tetapi orang Solok tidak usah ikut-ikutan. Meski demikian, tokoh masyarakat Solok Marah Adin berinisiatif mengundang 20 orang bekas perwira Giyugun dan pemuda-pemuda untuk rapat dalam rangka menyambut Proklamasi. Hasil keputusan rapat tanggal 20 Agustus adalah : mengambil kekuasaan dari Jepang, mengibarkan bendera Merah Putih, dan mengambil sekalian perbekalan Jepang. Pengambilalihan kekuasaan itu baru terujud tanggal 25 Agustus 1945 bertempat di belakang stasiun Kereta Api Solok.

Sementara di Batusangkar berita proklamasi menyebar dari mulut ke mulut beberapa hari setelah 17 Agustus, berdasarkan teks yang didapat oleh Zainuddin St. Kerajaan dari Khatib Sulaiman. Sedangkan di Sawahlunto/Sijunjung justru petugas bagian transport bangsa Jepang yang menyebarkan berita proklamasi itu. Tentu saja disambut antusias oleh masyarakat.


Mhd. Sjafei - Residen Pertama
Di Pariaman, setelah mendengar berita Proklamasi maka pemimpin-pemimpin pemuda seperti St. Saaluddin, Udin, dan Abu Rahim Rasyid mulai melakukan kegiatan untuk mengibarkan Merah Putih di bekas asrama Giyugun dan di tempat-tempat umum.

Di Payakumbuh, berita Proklamasi bersumber dari tokoh masyarakat yang datang dari Bukittinggi dan Padang sehingga meluas ke seluruh masyarakat dari mulut ke mulut.

Setelah melihat penyambutan oleh rakyat di Sumatera Barat dengan tersiarnya Proklamsi tersebut, maka  Mohd. Sjafei mengeluarkan Maklumat Kemerdekaan Indonesia di Bukittinggi tanggal 29 Agustus 1945 dalam bentuk tertulis dan disebar luaskan ke seluruh rakyat Sumatera Barat. 

Isi lengkap maklumat tersebut adalah sbb:

PERMAKLOEMAN
KEMERDEKAAN INDONESIA


Mengikuti dan mengoeatkan pernyataan Kemerdekaatn Indonesia oleh Bangsa Indonesia seperti PROKLAMASI pemimpin2 besar kita SOEKARNO-HATTA, atas nama Bangsa indonesia

Seperti berikoet :

                                                         P  R  O  K  L  A  M  A  S  I


Kami Bangsa Indonesia dengan ini menyatakan
KEMERDEKAAN INDONESIA
Hal hal yang mengenai pemindahan kekoeasaan
dan lain lain diselenggarakan dengan tjara
saksama dan dalam tempo yang se singkat2nya

Djakarta
Hari 17 boelan 8 tahoen 1945

Atas nama Bangsa Indonesia

SOEKARNO-HATTA

Maka kami Bangsa Indonesia di Soematera dengan ini mengakoei Kemerdekaan Indonesia seperti di maksoed dalam Proklamasi di atas dan mendjoenjoeng keagoengan kedoea pemimpin Indonesia itoe.

Boekittinggi

Hari 29 bl 8 th 1945
Atas nama Bangsa Indonesia
Di Soematera


 MOEHAMMAD SJAFEI      

Selanjutnya M. Sjafei, yang juga merupakan pendiri sekolah INS Kayu Tanam itu,  dipilih sebagai Ketua Komite Nasional Daerah (KNID) Sumatera Barat.

Dengan demikian resmilah Sumatera Barat menjadi bagian dari bayi Negara Republik Indonesia yang baru lahir....


(Sumber: sejarahsumaterabarat.blogspot.com; FB Saiful Guci; belajar.dindikptk.net; geocities.jp; wikipedia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kronik PRRI (Bagian 6: Wind of War)

Sebelumnya di Bagian 5: PRRI 16 Februari 1958: Presiden Soekarno kembali dari Jepang Presiden Soekarno mempercepat masa istirahat 40 harinya...