Senin, 18 April 2011

Lembah Anai - Desember 1892



Foto ini merupakan hasil jepretan seorang fotografer terkenal yaitu C. Nieuwenhuis pada bulan Desember 1892. Sekarang merupakan koleksi dari KITLV di Leiden, Belanda. Teks pada laman KITLV yang mengiringi foto ini adalah :
Jembatan beratap dari Perkeretaapian Negara di pantai barat Sumatra di Lembah Anai dengan latar belakang saat banjir air terjun besar "Air Mantjoer" pada bulan Desember.
Perhatikan bahwa pada saat itu jembatan diberi atap. Ini mungkin berguna untuk orang berteduh saat hujan, mengingat kendaraan yang ada pada saat itu adalah kuda (selain kereta api).
Yang berkelok mulus di bagian atas, adalah jalan kereta api. Sedangkan jalan raya hanya sepenggal. Dari jembatan beratap, jalan itu sepertinya lenyap. Mungkin sebagian besar adalah jalan setapak atau malah belum ada. Hal ini karena jalan kereta api lah yang lebih dahulu di bangun oleh Belanda pada akhir abad ke-19 sebelum membenahi jalan raya antara Padang-Bukittinggi.
Yang menarik lagi adalah bahwa Belanda ikut menyebut air terjun itu dengan nama Air Mancur. Padahal sebenarnya nama itu kurang tepat. Air Mancur mestinya menyembur dari bawah, kan?
Selanjutnya terbaca juga bahwa pada masa itu belum ada yang namanya cuaca ekstrim. Buktinya banjir besar masih bulan Desember. Masih sesuai pakem. Bulan ber-ber-ber artinya harus siap-siap dengan ember!

18 komentar:

  1. harus dirawat dan dilestarikan

    BalasHapus
  2. wuiih,..serasa di zaman Belanda....

    BalasHapus
  3. Duo Anonim : thanks apresiasinya..

    BalasHapus
  4. Terima kasih info2 nya.......saya sebagai orang padang asli merasa bangga sebagai seorang minang di rantau..:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Orang padang apa orang minang nih? hehe.

      Hapus
  5. saraso di zaman saisuak mancaliak foto iko uda ntong......

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang foto ko dari jaman sisuak hehe...

      Hapus
  6. baru mampir diblog ini uda..
    Salam kenal dari ambo pecinta ranah minang dan kota padang
    makin tau nagari awak saisuak.
    klu bisa budaya jo urang2 saisuak diposting uda..
    tks

    BalasHapus
  7. metrionnedi sykoembank3 November 2013 pukul 10.06

    mantap uda

    BalasHapus
  8. Ambo urang Mungka - Payokumbuh da. Bisa diagiah tau ndak ba carito desa Mungka nan sempat diserang tentara Balando. Doeloe namonyo Moengkar dijaman Belanda. Terima kasih...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ondeh...nan itu iyo alun dapek carito ambo lai do da masmeng. Mungkin ado sanak awak nan dari Mungka nan mambaco blog ko bisa mambantu uda?

      Hapus
  9. Hahaaa..., iyo yeah. Tarimo kasih, Selamat bertugas...!!

    BalasHapus
  10. Wayoik...raso dikampuang je ambo rasoe...hehe..

    By;ajo manih

    BalasHapus

Kronik PRRI (Bagian 6: Wind of War)

Sebelumnya di Bagian 5: PRRI 16 Februari 1958: Presiden Soekarno kembali dari Jepang Presiden Soekarno mempercepat masa istirahat 40 harinya...