Selasa, 12 Juli 2011
Monumen Pemberontakan Batipuh (1920)
Untuk memperingati gugurnya beberapa serdadu Belanda akibat pemberontakan yang meletus di Batipuh (dekat Padang Panjang) pada tanggal 24 Februari 1841 , didirikanlah sebuah monumen seperti terlihat di atas.
Pemberontak menyerang tangsi Belanda di Guguk Malintang yang dipimpin oleh Letnan JB. Banzer. Dalam tangsi itu sendiri terdapat 2 perwira (termasuk Banzer), 10 prajurit Eropa, 35 prajurit pribumi tak berpangkat serta 44 wanita dan anak-anak pribumi.
Pada tanggal 25 Februari Prajurit F. Marien, Sosemito, dan SerMa J.C. Schelling terluka parah. Banzer lalu mengirim surat ke tangsi terdekat untuk meminta bantuan namun duta tersebut, prajurit Suroto dari Madura, dibunuh dan dimutilasi secara mengerikan dan mayatnya ditemukan di permukiman yang berada di depan tangsi.
Pada tanggal 27 Februari Banzer memutuskan untuk menyelinap keluar benteng saat hari gelap dengan meninggalkan 3 prajurit yang terluka, atas persetujuan mereka. Di luar tangsi, para prajurit, wanita, dan anak-anak melarikan diri selama 2 hari 2 malam, dan akhirnya diselamatkan oleh barisan yang dipimpin secara pribadi oleh Andreas Victor Michiels (klik disini), yang kemudian maju ke wilayah yang bergolak itu.
Untuk mereka yang terluka dan gugur itulah akhirnya Belanda mendirikan monumen ini pada tahun 1920.
Foto-foto selanjutnya adalah rekaman dari upacara peringatan terhadap peristiwa di atas yang dilakukan di bawah monumen pada tahun 1930. Ambo belum mendapatkan informasi apakah peringatan ini dilakukan setiap tahun atau karena bertepatan dengan 10 tahun berdirinya monumen tersebut.
Terlihat banyak orang berkumpul di kaki monumen, yang sebagian berdatangan dengan mobil. Terlihat juga barisan serdadu dan barisan pejabat dan warga sipil. Para wanita terlihat mengenakan topi, khas Eropa tempo doeloe. Satu lagi, monumennya terlihat basah, mungkin karena Padang Panjang sering hujan. :)
Terus, bagaimana kondisi monumen ini sekarang, bung? Sama seperti monumen kolonial lainnya. Hilang ditelan zaman.....
(sumber : kitlv.nl; wikipedia)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Kronik PRRI (Bagian 6: Wind of War)
Sebelumnya di Bagian 5: PRRI 16 Februari 1958: Presiden Soekarno kembali dari Jepang Presiden Soekarno mempercepat masa istirahat 40 harinya...
-
Suatu hari di awal Ramadhan lalu, ambo tercenung di depan tumpukan buku di toko buku Gramedia Palembang. Di tangan ambo ada sebuah buku b...
-
Dalam posting-posting terdahulu seringkali kita menyebut Sumatera Barat dengan istilah yang dipakai dalam adminstrasi pemerintahan kolon...
-
Dunsanak semua, Karena jadwal yang padat maka minggu ini kegiatan penterjemahan buku Van Batavia Naar Atjeh terpaksa tertunda dulu. Namun u...
asalamualaikum da, dima posisi persis nyo monumen ko da? Ambo se yang warga Batipuah kelahiran Padangpanjang ndak tau monumen ko do, iyo sabana kameh dek uda ma usai arsip2 lamo...
BalasHapusIndak pulo jaleh di ambo dima persisnyo tu uda Aldi. Tapi menurut mbah gugel di Guguak Malintang. Mungkin Aldi bisa melacaknyo ka nan tuo-tuo di kampuang.
Hapusindak salah monumen ko kni ado di area kompleks secata B padangpanjang
BalasHapusKayaknya bukan deh... Tugu yang kelihatan dari pinggir jalan itu kecil sekali fisiknya
HapusBatua. Kalau kito caliak peta lamo Padang Panjang, ado monumen di kompleks Secata B. Kini lokasinyo di sekitar area latihan manembak tentara
Hapus