Jumat, 01 Juli 2011

Istana Rajo Alam Alahan Panjang (1877)



Melihat foto rumah gadang diatas, tak pelak lagi yang terbayang adalah kemegahan masa silam. Betapatidak. Berbeda dengan kebanyakan rumah gadang yang biasanya bergonjong 5 atau 7, rumah gadang ini mempunyai jumlah gonjong 13! Selain itu juga terdapat bangunan yang kelihatannya berfungsi sebagai "rumah tabuah" atau rumah bedug serta lumbung padi dengan ukiran yang indah. Disamping itu juga terlihat taman dan jalan yang tertata rapi.
Memang rumah gadang ini bukan sembarang rumah gadang. Tapi ia adalah Istana dari Rajo Alam Alahan Panjang. Foto ini merupakan salah satu hasil dari ekspedisi Midden Sumatra (untuk mengetahui klik disini) yang sekarang menjadi koleksi Tropen Museum.
Ekspedisi Midden Sumatra juga mendokumentasikan keluarga penghuni istana tersebut, yaitu keluarga Rajo Alam (foto bawah). Sayangnya tidak ada identifikasi tentang siapa-siapa saja orang yang dipotret tersebut. Berkemungkinan orang yang menggunakan saluak, berkeris dan bertongkat panjang adalah Rajo Alam. Tapi itulah egaliternya orang Minang. Yang duduk dikursi adalah kaum perempuan (puterinya?), sedangkan sang Rajo sendiri malah duduk di lantai. Perhiasan keluarga ini juga tidak bling-bling seperti lazimnya keluarga raja. Hanya hiasan berupa kain dan penutup kepala, juga terlihat terbuat dari kain. Laki-laki yang berdiri (putra raja?) kelihatan memakai topi seperti prajurit romawi. Atau efek foto semata, tidak begitu jelas.
Pada gambar kedua identitas orang yang difoto lebih jelas. Judul foto menyebutkan mereka adalah saudara laki-laki dan puteri Rajo Alam. Sang saudara laki-laki memakai sejenis jas, dengan baju putih berkancing banyak di bagian dalam, memakai tutup kepala dan keris. Sepintas pakaiannya seperti prajurit dari kesultanan Jogjakarta. Sementara sang puteri cilik menggunakan penutup kepala, tidak begitu jelas terbuat dari bahan apa. Yang pasti, kain yang dipakai oleh paman dan keponakan ini terlihat bagus. Dan pasti mahal
.


(Sumber : Tropen Museum dan wikipedia)

6 komentar:

  1. YOLAH.. MESKIPUN PANIANG DEN MAMBACO KATARANGAN E NAN BATERE TERE.. ADEN UCAP AN RARIMOKASIH

    BalasHapus
  2. ttg monumen batipiah : "Pemberontak menyerang tangsi Belanda di Guguk Malintang yang dipimpin oleh Letnan JB. Banzer. Dalam tangsi itu sendiri terdapat 2 perwira (termasuk Banzer), 10 prajurit Eropa, 35 prajurit pribumi tak berpangkat serta 44 wanita dan anak-anak pribumi." >>>>>-----> penyerangan dipimpin oleh JB.Banzer ? manga si banzer tu manyerang tansi nyo sorang.. banzer ko kan bulando??????????

    BalasHapus
  3. Scoobeedoo :
    Maksut e Tangsi nyo yang dipimpin si Banzer, bukan pemberontaknyo...salah titik koma pak scoobeedoo dalam mambaco ambo raso...:)

    BalasHapus
  4. Iko Rumah Gadang atau Istana Rajo Alam Alahan Panjang, bukan Istana Daulat Dipatuan Tuanku Rajo Disambah sungai Pagu..

    Rumah gadang Tuabku rajo disambah hanyo bagonjong 4.

    Di ASSP indak ado rumah gadang nan panjang seperti diateh atau labiah, di Solsel hanya di Sangir (Rantau 12 koto terdapat rumah gadang panjang sarupo iko, ado 3-4 buah).

    Jadi artikel jo gambar diateh jadi menyesatkan bagi anak nagari ASSP jikok indak tau sejarah.

    salam
    Nofend

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bung Nofend, tarimokasih atas koreksiannyo.

      Yah, begitulah kalau posting comot sana comot sini, dari bahasa Bulando pulak, jadinya kemungkinan salah pasti ada.

      Untung ada pembaca seperti bung Nofend yang kritis. Thanks a lot. Postingnya sudah saya edit. Mudah-mudahan ndak ado nan tasasek lai...:)

      Hapus

Kronik PRRI (Bagian 6: Wind of War)

Sebelumnya di Bagian 5: PRRI 16 Februari 1958: Presiden Soekarno kembali dari Jepang Presiden Soekarno mempercepat masa istirahat 40 harinya...